Metrorealitas.com.Poso- Dusun Taman Jeka, Desa Masani, Kecamatan Poso Pesisir, Kabupaten Poso di Sulawesi Tengah terletak di salah satu lereng Pegunungan Biru, Poso, itu mendadak terkenal bermula pada 25 Mei tahun 2011, saat terjadi kasus penembakan terhadap anggota Kepolisian RI di kantor Bank BCA di Palu Sulawesi Tengah.
Peristiwa penembakan anggota Polri di depan kantor BCA tersebut seolah menyadarkan kepolisian bahwa Poso dan Palu belum sepenuhnya bersih dari kelompok teroris. Penelusuran kepolisian akhirnya didapatkan bahwa ada satu kelompok yang tengah melakukan latihan militer di Taman Jeka.
Lokasi dusun ini berada di ketinggian dan sulit diakses, sejumlah anggota kelompok teroris yang biasa beroperasi di perkotaan berhasil ‘dibersihkan’. Namun rupanya sebagian mereka masih ada yang beraktivitas dan merancang aksi dari pegunungan.
Datanglah kelompok Almarhum Santoso yang menyebarkan paham radikal kala itu. Dusun Taman Jeka yang asri dengan hawa sejuk khas pegunungan pun menjadi pusat pergerakan kaum radikal, setidaknya saat ini tersisa sembilan orang yang tergabung dengan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso yang sedang diburu oleh aparat TNI-Polri yang tergabung dalam satuan Operasi dengan Sandi Madago Raya 2021,
Kepala Satuan Tugas I Ops Madago Raya 2021 Kombes Pol Ronalzie Agus ajak Eks Napiter yang berada di Kabupaten Poso untuk berkolaborasi dengan aparat guna menyelesaikan perburuan kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso, (20/06/2021)
Hal ini disampikan oleh Kasatgas I saat kunjungan silaturahim di dusun Tamanjeka Desa Masani Kecamatan Poso Pesisir Kab. Poso yang diterima langsung oleh Sekdes Desa Masani, Kepala Dusun Tamanjeka, Imam Mesjid Nur Huda Dusun Tamanjeka dikediaman Kadus Tamanjeka.
Dalam kunjungan silaturahimnya yang penuh keakraban Kombes Pol Ronalzie menyampaikan bahwa “sangat penting menghilangkan stigma negative poso yang merupakan tempat islam radikal, karena hal ini dapat merugikan di segala aspek kehidupan misalnya aspek pendidikan, aspek sosial maupun ekonomi,
menurutnya bukanlah tempat Islam Radikal, bahkan Polisi yang menyandang tiga bunga dipundaknya ini memberi contoh, banyak pemimpin daerah yang merupakan sosok perempuan seperti Bupati Poso ataupun Pejabat lainnya, hal ini membuktikan bahwa poso bukanlan tempat Islam radikal, ini di sampaikan karena islam radikal tidak memandang perempuan sebagai seorang pemimpin” terang Kombes Pol. Ronalzie
“Kapolda dan Danrem berharap kepada para DPO MIT dapat menyerahkan diri dan dapat mempertanggung jawabkan perbuatannya sesuai dengan hukum yang berlaku.
Pada beberapa kesempatan Kapolda dan Danrem mengatakan akan memberi jaminan keselamatan terhadap DOP MIT jika mau menyerahkan diri secara baik-baik dan juga berharap banyak kepada kurang lebih 83 orang mantan napiter dapat berkontribusi dalam upaya membujuk kelompok MIT untuk menyerahkan diri dan dapat mempertanggung jawabkan perbuatannya secara hukum.
Sebelum meninggalkan dusun Kasatgas satu mengajak para tokoh Agama dan tokoh masyarakat untuk bersama-sama menumpas radikalisme yang ada di Poso, mengajak masyarakat untuk memerangi paham-paham radikal yang dapat merusak bangsa dan Negara.
“Kami berharap masyarakat dapat menginformasikan kepada aparat jika melihat atau mendengar segala sesuatu yang merujuk pada aksi-aksi radikalisme, kami juga mengharapkan terjalinnya silahturahmi yang erat antara masyarakat dengan aparat, saling berkontribusi dalam hal- hal yang bersifat baik”
Saya berterima kasih kepada masyarakat tamanjeka yang dapat menerima kami dengan baik, kedepan harapan kami hubungan antara masyarakat dengan aparat kemanan baik TNI ataupun POLRI makin erat dan harmonis, tutup Kombes Pol. Ronalzie.(SL/Jogi)