“Dahsyatnya Kekuatan Sholat Berjamaah” DKM GSB Masjid Agung Buol  Oleh : Bapak dr. H. Amirudin Rauf, M.Si.,SpOG Edisi Shubuh Ahad 06 Maret 2022

“Dahsyatnya Kekuatan Sholat Berjamaah” DKM GSB Masjid Agung Buol Oleh : Bapak dr. H. Amirudin Rauf, M.Si.,SpOG Edisi Shubuh Ahad 06 Maret 2022

"Dahsyatnya Kekuatan Sholat Berjamaah" DKM GSB Masjid Agung  Oleh : Bapak dr. H. Amirudin Rauf, M.Si.,SpOG Edisi Shubuh Ahad, 06 Maret 2022.
“Dahsyatnya Kekuatan Sholat Berjamaah” DKM GSB Masjid Agung 
Oleh : Bapak dr. H. Amirudin Rauf, M.Si.,SpOG Edisi Shubuh Ahad, 06 Maret 2022.
Metrorealitas.com. Sulteng-Buol. Jika mengamati perkembangan ummat ini belakangan ini begitu banyak informasi dan issue yang beredar dan berkembang masuk ke ruang-ruang publik sampai ke pribadi kita melalui media sosial yang mengobok obok emosi ummat Islam.
Hal ini terjadi tentu membawa pelajaran kepada kita semua tentang bagaimana sebenarnya kita beragama, apakah sudah sesuai iman dengan apa yang di ajarkan oleh Rasulullah, apakah sudah sesuai dengan tujuan utama yang diharapkan.
Sebab jika tidak kita akan menghasikan waktu  dan energi kita pada hal hal yang remeh temeh dan sengaja di ciptakan orang agar kita terlalaikan dari tugas pokok dan amanah hanya untuk mengikuti skenario yang sedang dan sementara di mainkan.
Fenomena tersebut dalam ilmu politik di ibaratkan kita menari menari di atas genderang yang di tabuh orang lain dan anehnya kita menganggap bahwa genderang tersebut adalah milik kita.
Jika ini terus terjadi dan tidak segera mengambil sikap secara dewasa, maka berpotensi menciptakan terjadinya polarisasi dan membuka jurang perpecahan.
Issu Islam nusantara, salafiyah, wahabi, di hadap hadapkan syaih dan sunnni, sudah sangat menggerus emosial beragama kita. Islam tidak datang di ruang hampa, tiba di daerah peradaban dan karenanya kita berproses dan beradaptasi denganya.
Dalam agama itu ada proses, begitu juga dengan kegiatan dan pengamalan Islam. Mohon maaf, Ibarat jika kita menghadiri Undangan Presiden, orang Papua yang datang dengan Koteka dan pakaian khasnya mungkin masih bisa di maklumi, tapi jika Orang Buol datang dengan pakaian yang sama apakah tidak kelihatan aneh ?
Kita ingin mengaktualisasikan agama kita. Mengimplementasikan Islam sebagaimana yang di ajarkan Nabi sehingga kemudian bisa menumbuhkan semangat beragama dan hadirnya toleransi antar umat beragama.
Yang perlu dan harus kita lakukan, bagaimana aktualisasi diri dalam beragama dan mencari format yang betul betul pas. Tanpa harus mengatakan benar dan salah. Supaya kita dalam beragama tidak terjebak dalam emosional beragama.
Sebagai contoh sikap emosional dalam beragama adalah ketika ada pejabat negara yang hadir dan mengatur azan dan toa. Ketika hal tersebut di atur kita tersinggung, tapi ketika azan berkumandan dari toa masjid di sekitar tempat tinggalnya masih banyak orang yang cuek, tidak mendengar, masih sibuk dengan aktifitas, dan masih yang jalan, berolah raga, berdiskusi dan tidak sholat.
Disini kita perlu kajian, diskusi, membaca mengejar ketertinggalan kita dalam literasi. Harapannya terbangun kearifan individu tentang bagaimana memahami bahwa agama ini sebagai rahmat dan kebaikan.
Contoh lain yang sangat sederhana adalah Andaikan seriap orang menjiwai makna dan  nilai serta pesan moral dari Surat Al Fatihah, masih adakah waktu dan kesempatan untuk sibuk dengan hal hal yang melanggar ?
baca juga:
https://metrorealitas.com/perhatikan-warga-kurang-mampu-peran-dkm-masjid-agung-buol-bagi-sembako/
Sistematika ayat dalam surat Al Fatihah di mulai dari pengakuan akan kebesaran Allah, bahwa Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang, yang menguasai hari pembalasan lalu menghadirkan keinginan untuk bermohon kepada Allah  agar diberikan petunjuk pada jalan yang benar, di hindarkan dari kelompok dimurkai dan kelompok yang sesat.
Setelah semua itu tersampaikan lalu di selesaikan dan di aminkan oleh kita semuanya, berharap doa dan harapan di kabulkan Allah SWT. Betapa dahsyatnya  kekuatan sholat berjamaah.
Jika hal hal tersebut di atas betul terjiwai, tertanam, dan terinternalisasi sebagai nilai dasar yang di yakini kebenarannya, maka masih adakah di antara kita yang mau bikin yang aneh-aneh, masih adakah waktu untuk berbuat curang dan kemungkaran ?
Ada lagi satu hal aneh yang menggejala, kita baru memiliki informasi yang sangat terbatas, yang ketahui beru sedikit dalam setiap issue dan perkara serta permainan dunia lalu dengan cepat merespon, berkomentar, membuat kesimpulan bahkan berfatwa.
Kembali ke pokok permasalahan, jika sudah seperti ini keadaannya lalu apa yg harus kita lakukan, kemana kita harus mencari solusi ? Tidak ada jalan lain kecuali mrmulai dengan memperbaiki kualitas sholat kita. Karena kalau tidak maka energi habis. Sementara di sisi lain kita masih punya tanggung jawab kepada saudara2 kita yang belum kembali, saudara kita yang belum beribadah, masih suka melalaikan sholat.
Itulah yg saya maksudkan, kualitas beragama kita masih sifatnya emosional belum terbangun militansi beragama. Tugas kita bagaimana ummat ini supaya tidak terpcah belah, tidak terpolarisai hanya untuk urusan yang remeh temeh dan mengurus banyak waktu, tenaga, fikiran bahkan biaya.
"Dahsyatnya Kekuatan Sholat Berjamaah" DKM GSB Masjid Agung  Oleh : Bapak dr. H. Amirudin Rauf, M.Si.,SpOG Edisi Shubuh Ahad, 06 Maret 2022.
“Dahsyatnya Kekuatan Sholat Berjamaah” DKM GSB Masjid Agung Buol
Oleh : Bapak dr. H. Amirudin Rauf, M.Si.,SpOG Edisi Shubuh Ahad, 06 Maret 2022.
Atau mungkin kita juga perlu membuka wawasan untuk hal lain, misalnya bahwa statemen dan pernyataan yang lagi viral belakangan ini sebenarnya untuk menguji ummat Islam. Pemikiran harus dinjawab dengan pemikiran, bukan dengan emosional beragama, dan ini tugas kita semua.
Setidaknya untuk kita di kabupaten Buol, di Masjid Agung ini, setelah sekian waktu berjalan, kondisi jamaahnya masih begini begini saja, berbagai kegiatan yang di lakukan belum mampu menggairahkan semangat dan militansi beragama kita, masjid masih sangat luas melompong tanpa jamaah.
Saatnya perlu kita hadir kembali dan meluangkan waktu selama 3 hari, meninggalkan sejenak kesibukan untuk mendatangi ummat ini dari rumah kerumah, untuk mengajak mereka kembali ke masjid. Jika ini kita lakukan, Insya Allah berkah.
Coba Kita belajar dari Makkah dan Madinah. Ketika azan berkumandang, maka semua aktifitas di hentikan, sementara tinggalkan urusan dunia untuk pergi sholat. Warung, toko, jualan dan semua ditinggal dan bergeges ke masjid. Semua meninggalkan aktifitas urusan berbondong2 menuju masjid.
Demikian juga di Jeddah, kota bukan daerah haram banyak agama di sana. Suatu ketika saya bersama sahabat berjalan tapi tiba tiba suasana sepi dan lengang. Kami tersadar ternyata sudah berkumandang suara azan. Semua tiba2 sepi, aktifitas dunia terhenti, ternyata masuk waktu sholat.
Belajar dari pengalaman itu, Kita siap diskusi, dalam konteks terbatas, tapi kita punya ilmu dan kesiapan untuk berbeda, sejarah perlu di tempatkan pada posisi dan porsinya.  Karena jika di fahami Sesungguhnya tidak ada perbedaan yang ada  hanya di besar2kan. Tentunya diskusi begini  bukan dalam konteks ke umuman masyarakat.
Di zaman dahulu banyak juga perbedaan tapi mereka hadir dalam kesiapan berbeda. Saat kita kita boleh kritis terhadap sejarah. Bahwa diskusi kita kritis, iya, memberikan pendapat silahkan tapi kritis kita bukan menolak.
Kita perlu persoalkan dan carikan solusi saat ini bagaimana saudara kita yang belum sholat, terutama di kalangan pegawai negeri kita. Bagaimana masjid ini mulai di kunjungi jamaah, shaf bertambah, militansi beragama tumbuh. Ini yang wajib kita fikirkan dan carikan formulasi yang pas untuk dilakukan.
Demikian yang dapat saya sampaikan moga menjadi bahan diskusi untuk melahirkan program dan kegiatan yang bisa menumbuhkan kembali militansi beragama kita, semoga Allah SWT selalu menjaga dan membimbing kita dalam kebaikan, Aamiin Yaa Rabbal ‘Aalamiin.